Update Inflasi April 2025

Terjadi inflasi mtm sebesar 1,17% dan inflasi yoy sebesar 1,95% pada April 2025. Inflasi April 2025 lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya (mom), namun lebih rendah dibanding bulan yang sama di tahun 2024 (yoy). Inflasi kembali terjadi dua bulan terakhir setelah sebelumnya Februari mengalami deflasi. Penyumbang utama inflasi April 2025 secara m-to-m adalah komoditas tarif listrik (0,97%), emas perhiasan (0,16%), bawang merah (0,06%), cabai merah (0,04%), dan tomat (0,03%). Adapun penyumbang utama inflasi April 2025 secara yoy adalah kelompok emas perhiasan (0,52%), ikan segar dan tarif air minum PAM (0,14%), kopi bubuk dan minyak goreng (0,11%).
Inflasi April 2025 utamanya dikontribusikan oleh tekanan pada inflasi komponen inti 2,50% (yoy) dan berkontribusi dominan 1,59% terhadap andil inflasi April 2025. Sedangkan komponen bergejolak mengalami inflasi sebesar 0,64% (yoy). Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau mengalami inflasi 2,17% (yoy) dan dominan memberikan andil inflasi pada April 2025 yaitu 0,64%. Penyumbang inflasi tertinggi adalah subkelompok minuman tidak beralkohol sebesar 6,38%. Sementara yang memberikan andil inflasi besar pada subkelompok ini adalah komoditas ikan segar (0,14%), kopi bubuk dan minyak goreng (0,11%), cabai rawit dan sigaret kretek mesin(SKM) (0,10%) secara yoy. Komoditas ini menjadi komoditas yang dominan memberikan andil inflasi, sejalan dengan meningkatnya konsumsi masyarakat untuk komoditas tersebut selama periode bulan Ramadan dan hari raya lebaran. Kelompok lain yang juga mengalami inflasi cukup signifikan adalah Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya 9,93% (yoy).
Sementara itu, inflasi harga diatur pemerintah April 2025 mengalami inflasi sebesar 1,25% (yoy) setelah sebelumnya deflasi sebesar -3,16% (yoy) pada Maret 2025. Kelompok Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan mengalami deflasi terbesar dibanding sektor lainnya yaitu -0,64% (yoy), subkelompok peralatan informasi dan komunikasi mengalami deflasi sebesar 1,12% (yoy), sementara dua subsektor lainnya yaitu subsektor asuransi dan jasa keuangan tidak mengalami perubahan.
Inflasi provinsi yoy tertinggi terjadi di Provinsi Papua Pegunungan sebesar 5,96% (yoy) dan terendah terjadi di Provinsi Papua Barat sebesar 0,15% (yoy). Secara yoy tidak ada provinsi yang mengalami deflasi. Sementara secara mtm ada satu provinsi yang mengalami deflasi sebesar -0,90% (mtm) yaitu Provinsi Papua Pegunungan.
Ketika inflasi yang cenderung rendah berbagai bunga justru tetap tinggi. Tingkat inflasi April lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang mengalami deflasi namun secara periodisasi tingkat inflasi cenderung rendah. Inflasi yang rendah ini justru direspon dengan berbagai suku bunga yang tetap tinggi, hal ini karena berbagai suku bunga lainnya menyesuaikan bunga dengan suku bunga SBN dan SRBI yang cenderung lebih tinggi dibandingkan menyesuaikan dengan tingkat inflasi atau BI Rate.