Koperasi & Perbankan: Sinergi Strategis, Bukan Kompetisi
Saat Program Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) resmi diluncurkan dengan target membentuk 80.000 koperasi aktif di seluruh Indonesia, banyak pertanyaan mencuat: Apakah koperasi akan menjadi pesaing baru perbankan? Apakah peran bank akan tergeser?
Alih-alih melihatnya sebagai kompetisi, KDMP justru membuka peluang besar bagi perbankan dan koperasi untuk bersinergi secara strategis dalam membangun ekonomi nasional dari akar rumput. Sinergi ini penting untuk memperluas akses pembiayaan, memperkuat inklusi keuangan, dan membangun ekosistem keuangan yang lebih berkelanjutan.
Koperasi dan perbankan memiliki perbedaan mendasar dalam model bisnis dan struktur kelembagaan. Namun, keduanya memiliki tujuan yang sama: mempermudah akses keuangan bagi masyarakat dan mendorong produktivitas ekonomi.
Perbankan memiliki kekuatan dari sisi modal besar, infrastruktur digital, serta jaringan dan pengawasan yang ketat.
Ketika keduanya digabungkan, tercipta potensi kolaborasi yang saling mengisi kekosongan satu sama lain.
Dalam konteks KDMP, perbankan justru bisa mengambil banyak peran penting. Beberapa model kolaborasi yang potensial antara koperasi dan bank meliputi:
1. Wholesale Lending
Bank menyalurkan dana ke koperasi sebagai mitra channeling atau executing agency. Koperasi bertugas menyalurkan kredit ke anggota atau komunitas lokal dengan pendekatan berbasis kebutuhan lapangan.
2. Shared Infrastructure & Digitalization
Bank bisa menyediakan platform digital, sistem pembayaran, hingga infrastruktur teknologi yang bisa digunakan oleh koperasi agar lebih efisien dan transparan.
3. Capacity Building
Bank berperan dalam pelatihan, peningkatan literasi keuangan, dan asistensi manajemen risiko untuk koperasi. Program ini bisa menjadi bagian dari CSR, tanggung jawab sosial, atau insentif bisnis jangka panjang.
4. Product Innovation
Bersama koperasi, bank dapat merancang produk yang disesuaikan dengan profil dan kebutuhan masyarakat desa, seperti kredit pertanian berbasis musim, tabungan komunitas, atau asuransi mikro.
Menurut data riset KDMP, mayoritas anggota koperasi saat ini:
-
Tidak memiliki rekening bank aktif
-
Belum pernah mengakses pinjaman dari perbankan
-
Tinggal di daerah dengan keterbatasan layanan keuangan formal
Dengan berkolaborasi, bank dapat menjangkau pasar baru yang sebelumnya sulit ditembus, sementara koperasi mendapatkan dukungan sistem dan pembiayaan yang memperkuat keberlanjutan usaha mereka.
Beberapa model kolaborasi serupa telah diterapkan sebelumnya, seperti:
-
Penyaluran KUR melalui koperasi mitra bank
-
Agen Laku Pandai dari komunitas koperasi
-
Penyaluran bantuan sosial melalui koperasi desa berbasis rekening bank
Model-model ini menunjukkan bahwa bukan hanya mungkin, tapi sudah terbukti koperasi dan perbankan bisa berjalan bersama.
Program KDMP menekankan pentingnya membangun ekosistem koperasi yang terintegrasi dengan sistem keuangan nasional. Untuk itu, sinergi dengan bank diperlukan dalam aspek:
-
Keamanan dan kepatuhan
-
Akuntabilitas pengelolaan dana publik
-
Interoperabilitas digital dan regulasi OJK
Bank tidak perlu merasa terancam dengan hadirnya koperasi. Sebaliknya, kekuatan koperasi justru bisa menjadi ekstensi bank untuk menjangkau masyarakat yang selama ini tak terlayani.
Program KDMP bukan hanya tentang koperasi, tapi tentang membangun sistem keuangan yang inklusif, adil, dan kolaboratif. Sinergi antara koperasi dan bank bukan sekadar pilihan—ia adalah strategi cerdas untuk menjawab tantangan ekonomi modern.
Di era kolaborasi, koperasi dan perbankan bisa bersama-sama membangun pertumbuhan yang lebih merata dan berkeadilan.