Perbankan Selektif, Kredit Bertumbuh: Strategi 2025 Dibentuk dari Tantangan dan Peluang

Memasuki 2025, sektor perbankan Indonesia tetap menunjukkan ketahanan dalam penyaluran pembiayaan. Laporan PRIME 2025 memproyeksikan pertumbuhan kredit sebesar 8% sepanjang tahun, meskipun di tengah tekanan global, melemahnya daya beli, dan kehati-hatian pelaku usaha dalam berekspansi. Capaian ini mencerminkan komitmen industri perbankan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi melalui pendekatan yang lebih selektif dan terukur.
Tantangan Siklikal dan Struktural
Perbankan menghadapi tantangan ganda: perlambatan permintaan kredit di sektor-sektor utama seperti perdagangan dan industri pengolahan (siklikal), serta tekanan terhadap kualitas aset dan likuiditas (struktural). Kondisi ini mendorong pergeseran strategi: dari ekspansi agresif ke arah alokasi kredit yang lebih hati-hati.
Prioritas Kredit yang Berubah
Bank kini lebih fokus menyalurkan kredit ke sektor yang dianggap tangguh dan berprospek jangka panjang. Contohnya:
- Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh lebih dari 20% (yoy), didorong kebijakan hilirisasi.
- Sektor energi dan utilitas tumbuh dua digit, seiring dengan transisi energi dan proyek infrastruktur.
Sebaliknya, perdagangan besar dan eceran serta industri pengolahan hanya mencatat pertumbuhan moderat, sejalan dengan pemulihan permintaan domestik yang belum stabil dan meningkatnya risiko kredit.
Transformasi Digital dan Manajemen Risiko
Strategi bank 2025 menekankan:
- Penguatan kualitas aset
- Efisiensi biaya
- Teknologi dalam credit scoring dan pemetaan risiko berbasis data (data-driven lending)
Kredit diberikan tidak hanya berdasarkan potensi sektor, tapi juga struktur keuangan debitur, integritas data, dan ketahanan terhadap gejolak pasar.
Arah Pembiayaan Berkelanjutan
Bank mulai menyusun portofolio kredit yang selaras dengan prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance). Langkah ini tidak hanya menjawab tuntutan global, tetapi juga memperkuat daya saing dan mengurangi eksposur terhadap risiko transisi.
Likuiditas dan Digitalisasi
Di tengah pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang hanya 4–6%, efisiensi penghimpunan dana menjadi kunci. Digitalisasi produk simpanan dan peningkatan customer experience diutamakan untuk menjaga loyalitas nasabah dan memperkuat likuiditas.
Menuju Pertumbuhan Berkualitas
Strategi pembiayaan perbankan 2025 menandai fase konsolidasi menuju pertumbuhan yang lebih berkualitas. Perbankan kini bukan hanya penyalur kredit, tapi juga mitra strategis pembangunan yang adaptif, selektif, dan berorientasi jangka panjang. Dengan memperkuat stabilitas sistem keuangan dan mendukung sektor prioritas, perbankan Indonesia memainkan peran penting dalam menjaga momentum pemulihan dan transformasi ekonomi nasional.