Dibalik Alasan Rupiah Konsisten Melemah

11 December 2023

Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) melemah dalam kurun waktu yang panjang karena transaksi berjalan dan neraca pembayaran Indonesia mengalami defisit.

Menurut Junito Ahmad Haryono, pengamat pasar uang, rupiah dapat menguat ke level Rp14.500/US$ jika kinerja transaksi berjalan dan neraca pembayaran Indonesia mengalami surplus. Saat ini, neraca perdagangan, yang terdiri dari impor dan ekspor, terus mengalami surplus dalam beberapa bulan terakhir. “Sebenarnya peluang Rupiah menguat dari Rp 15.500 ke Rp 14.500 ada gak? Jawabannya ada, tapi indikator Indonesia untuk transaksi berjalan dan NPI defisit. Defisit kenapa? Karena kinerja obligasi yang pasar obligasi tadinya ada 39% dimiliki asing, sekarang turun ke 14%.”

Junito Ahmad Haryono

Dia membeberkan porsi kepemilikan asing pada obligasi domestik turun terus meneruk, dan tidak naik lagi sampai sekarang. Dalam pidato Presiden Joko Widodo pada 16 Agustus 2023, nilai tukar rupiah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di level Rp15.300. Menurut dia, hal ini mensyaratkan akan ada fluktuasi.

Dia menjelaskan bahwa tingkat kepemilikan asing dalam obligasi domestik telah turun terus menerus dan belum pernah naik lagi. Dalam pidatonya pada 16 Agustus 2023, Presiden Joko Widodo Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menetapkan nilai tukar rupiah di level Rp15.300 . Menurut dia, hal ini mensyaratkan akan adanya fluktuasi.

Karyawan Menghitung Uang Rupiah dan Dollar
Sumber Photo : ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj.

Menurutnya, pasar uang tidak memiliki banyak pilihan karena menteri keuangan tidak menerbitkan obligasi jangka pendek tiga bulan atau dua belas bulan. Asing juga memperkirakan bahwa obligasi pemerintahan Indonesia dalam dolar tidak akan diterbitkan lagi pada Januari.

“Biasanya akibatnya apa? Cadangan obligasinya Bank Indonesia akan tetap turun. Kalau cadangan obligasi turun, ibaratnya bantalan kenyamanan dari para investor melihat cadangan yang bisa diuangkan ini perlahan-lahan kok turun kemampuannya untuk nanti membayar kewajiban mata uang dolar,” ujarnya.