Neraca Perdagangan Indonesia Maret 2025

calendar16 May 2025
Neraca Perdagangan Indonesia Maret 2025

Neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar USD 4,33 miliar pada Maret 2025, nilai ini lebih tinggi dibanding surplus bulan sebelumnya yang sebesar USD 3,12 miliar, tetapi lebih rendah dibandingkan dengan surplus Maret 2024 yang sebesar USD 4,58 miliar. Dengan capaian ini, Indonesia telah mencatatkan surplus perdagangan selama 59 bulan berturut-turut, mengindikasikan bahwa efek Kebijakan Tarif Trump belum nampak bagi neraca perdagangan nasional. Peningkatan surplus ini utamanya didorong oleh pertumbuhan ekspor yang mencapai 3,16% (yoy), sementara impor hanya mengalami kenaikan cukup signifikan sebesar 5,43% (yoy). 

Nilai ekspor Indonesia pada Maret 2025 mencapai USD 23,25 miliar, naik 5,95% dibandingkan bulan sebelumnya yang senilai USD 21,98 miliar, dan mengalami peningkatan sebesar 3,16% dibandingkan Maret 2024 yang sebesar USD 19,27 miliar. Peningkatan ekspor tahunan ini terutama ditopang oleh ekspor nonmigas yang mencatatkan kenaikan sebesar 2,56% (yoy) dengan nilai USD 21.796. Komoditas utama ekspor nonmigas mencakup bijih logam, perak, dan abu sebesar USD 587,4 juta sebesar 4,15% (mtm) dan komoditas nikel dan barang daripadanya sebesar USD 756,9 sebesar 40,20% (mtm). 

Negara tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia adalah Tiongkok (USD 5,19 miliar), Amerika Serikat (USD 2,62 miliar), dan India (USD 1,40 miliar). Nilai ekspor Indonesia pada Maret 2025 mengalami peningkatan dibandingkan Februari 2025 yang dipengaruhi oleh peningkatan ekspor nonmigas, namun beberapa negara mitra utama juga mengalami penurunan ekspor nonmigas seperti Thailand turun -47,22% (mtm) dan Australia -23,20% (mtm). Penurunan ini menunjukkan adanya penurunan permintaan dari negara tersebut yang dapat disebabkan oleh kondisi ekonomi global yang melemah atau faktor musiman.

Nilai impor Indonesia pada Maret 2025 mencapai USD 18,92 miliar, naik 0,38% dibandingkan Februari 2025 yang senilai USD 18,85 miliar, tetapi naik cukup signifikan 5,34% dibandingkan Maret 2024 yang senilai USD 17,96 miliar. Peningkatan impor ini utamanya disebabkan oleh peningkatan impor migas 9,07% (mtm). Sedangkan, impor nonmigas mengalami penurunan -1,18% (mtm), kinerja impor ini mencerminkan potensi pelemahan aktivitas industri manufaktur dalam negeri. Peningkatan nilai impor secara bulanan utamanya didorong oleh impor barang konsumsi. Sedangkan bila ditinjau berdasarkan penggunaan, nilai impor barang konsumsi naik 18,73 persen pada Maret 2025 dengan andil peningkatan sebesar 1,46 persen. Sedangkan nilai impor bahan baku mengalami penurunan -3,26% (mtm) hal ini mengindikasikan belum optimalnya performa pada sektor produksi, terutama di sektor yang bergantung pada impor bahan baku. 

Fenomena surplus neraca perdagangan yang tidak dibarengi dengan apresiasi nilai tukar Rupiah kembali terkonfirmasi pada Maret 2025. Surplus neraca perdagangan Maret 2025 sebesar USD 4,33 miliar justru diikuti dengan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi terhadap USD menjadi Rp16.588. Kondisi ini yang kemudian melandasi pemerintah dalam merevisi kebijakan yang berkaitan dengan Dana Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA). Tujuan revisi kebijakan ini untuk menciptakan keselarasan performa yang baik pada neraca perdagangan dengan stabilitas nilai tukar Rupiah.

Pengaruh SRBI dalam menjaga nilai tukar Rupiah semakin berkurang signifikansinya. Pada periode awal peluncurannya, pola pertumbuhan SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia) menunjukkan pola yang sama dengan stabilitas nilai tukar rupiah, hal ini mengindikasikan bahwa SRBI menjadi instrumen yang efektif dalam menjaga nilai tukar rupiah. Namun, seiring berjalannya waktu, pertumbuhan SRBI dan stabilitas nilai tukar Rupiah semakin berkurang korelasinya. Hal ini mengindikasikan bahwa SRBI semakin kehilangan tajinya sebagai alat stabilisasi nilai tukar.

Download PDF : Neraca Perdagangan Indonesia Maret 2025