Komitmen PERBANAS Untuk Melakukan Transformasi Ekonomi Hijau
Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) berkomitmen untuk konsisten dalam melakukan transformasi finansial hijau. Penekanan finansial berkelanjutan menjadi sektor yang berpeluang disasar Perbanas dalam menjalankan bisnis perbankan di Indonesia.
Dalam rangka merayakan ulang tahun ke-71, Perbanas mengadakan rapat umum anggota (RUA) nasional dan dialog panel bertajuk Indonesia Economic Transformation to Worlds a Nature Positive Future. Acara ini dihadiri Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan.
Ketua Umum Perbanas Kartika Wirjoatmodjo mengatakan Perbanas sebagai bidang strategis dan regulasi memegang peran penting dalam kontribusi devisa negara. Selain itu, Perbanas diharapkan bisa lebih berkontribusi untuk menyentuh regulasi ekonomi hijau
Selain agenda ekonomi berkelanjutan melalui hilirisasi, dekarbonisasi dan pemerataan pertumbuhan, pemerintah juga fokus pada penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau. Pendidikan menjadi kunci dalam melahirkan sumber daya manusia yang terampil dan sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga mampu membawa negeri ini terhindar dari jebakan kelas menengah (middle income trap).
Menko Luhut juga menyoroti peran strategis sustainable finance dalam mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Ia menekankan pentingnya dukungan menyeluruh dari sektor jasa keuangan dalam menggerakkan sektor riil dengan menyelaraskan kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.
Saat ini isu Environmental, Social & Governance (ESG) dan pengelolaan iklim telah menjadi topik utama para pemimpin dunia. Berbagai negara telah mengambil tindakan serius dalam mengatasi perubahan iklim dan implementasi ESG. Indonesia sebagai bagian dari komunitas global turut berkomitmen melalui Enhanced Nationally Determined Contribution untuk mengurangi emisi gas rumah kaca hingga sebesar 31,9% pada tahun 2030 dan Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060.
“Dalam konteks ini, perbankan sebagai salah satu pilar ekonomi nasional, terbukti memiliki resiliensi yang baik bahwa sejak 25 tahun terakhir, Indonesia tidak pernah mengalami krisis ekonomi ditengah terpaan krisis global mulai dari 2008 hingga yang terakhir pada tahun 2022 yaitu kasus likuiditas SVB di Amerika Serikat. Selain itu, perbankan harus menjadi motor penggerak transformasi ekonomi Indonesia yang berperan aktif dalam mereduksi emisi karbon, melalui penyelarasan strategi pembiayaan dan portofolio kredit yang mengacu pada Taksonomi Hijau Indonesia (THI),” kata Kartika, akrab disapa Tiko.
PERBANAS mengapresiasi para anggotanya yang telah mendorong perusahaan atau debitur yang bergerak di bidang ekstraksi energi seperti pertambangan dan perminyakan, pembangkit energi berbahan bakar fosil, transmisi energi, dan lainnya, untuk melangkah pada inisiatif transisi energi melalui pemberian fasilitas green financing maupun sustainability loan facility.
“Di tengah pengembangan ekosistem energi baru terbarukan (EBT), dukungan perbankan pada transisi energi tidak cukup hanya berhenti di sisi hulu, juga harus ke hilir. Hilirisasi bahan baku, seperti nikel, merupakan kunci strategis dalam pengembangan industri kendaraan listrik yang pada akhirnya bertujuan untuk mengurangi emisi karbon. Selain itu, PERBANAS sebagai wadah perbankan nasional yang menjadi jembatan antara bank BUMN, swasta, dan asing dengan regulator seperti BI dan OJK, berkomitmen untuk memperkuat dan memperbaiki regulasi terkait kebijakan masa post covid, perpajakan, hingga IT security,” kata Tiko.
Tiko menjelaskan, selain menyediakan pendanaan untuk korporasi yang ramah lingkungan, industri perbankan juga mesti menunjukkan keberpihakan dan tanggung jawab sosial dalam bentuk akses keuangan untuk para pelaku UMKM serta masyarakat menengah bawah. Fasilitas pembiayaan ini bertujuan meningkatkan literasi dan inklusi keuangan dalam rangka mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi.
PERBANAS menyambut baik ajakan pemerintah dan masukan dari berbagai pihak untuk ikut membangun ekonomi negeri ini secara berkelanjutan dengan tetap menjunjung tinggi kepentingan nasional. Perbanas memahami setiap bangsa di dunia memiliki tantangan yang berbeda beda dan karena itu membutuhkan solusi kebijakan yang kontekstual, selaras dengan tantangan domestik dan selalu berpihak pada kepentingan bangsa.