Update Ekonomi Q4 - 2024

calendar13 February 2025
Update Ekonomi Q4 - 2024

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024 tumbuh sebesar 5,03%, sedikit di atas 5% namun melambat dibanding capaian 2023 yang mengalami pertumbuhan 5,05% (ctc). Capaian ini meleset dari asumsi dasar ekonomi makro pemerintah dalam RAPBN 2024 yang mana pertumbuhan ekonomi diperkirakan 5,2%. Selanjutnya, secara triwulanan, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-2024 mengalami pertumbuhan 5,02% dibanding triwulan yang sama pada 2023 (yoy) dan tumbuh positif sebesar 0,53% terhadap Triwulan III-2024 (qtq).

Melesetnya capaian ini dari asumsi pemerintah memang sesuai dengan prediksi dan performa perekonomian selama tiga triwulan sebelumnya. Bila ditinjau secara sektoral semua sektor mengalami pertumbuhan. Hal sama juga terjadi saat dilihat dari sisi pengeluaran, seluruh komponen mengalami pertumbuhan terkecuali kinerja ekspor impor yang berkontribusi pertumbuhan kecil akibat laju pertumbuhan impor yang signifikan. Ditambah lagi dua mesin utama perekonomian Indonesia, yaitu Industri Pengolahan dan Konsumsi Rumah Tangga yang juga melemah secara signifikan dibanding periode sebelumnya.

Dari sisi sektoral, pertumbuhan terjadi pada seluruh sektor. Sektor Jasa Lainnya menjadi sektor dengan laju pertumbuhan tertinggi sebesar 9,80% pada 2024 (ctc). Sementara itu, Industri Pengolahan yang merupakan kontributor terbesar terhadap PDB, menyumbang 18,98% mengalami pertumbuhan sebesar 4,43% (ctc). Walaupun mengalami pertumbuhan namun jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan tahun sebelumnya 2023 (4,64%) dan 2022 (4,89%), jelas terlihat bahwa Industri Pengolahan mengalami perlambatan. Kinerja sektor Industri Pengolahan didorong oleh industri logam dasar yang tumbuh 13,34% dan industri barang logam yang tumbuh 6,16% yang disokong oleh program hilirisasi pemerintah, serta industri makanan dan minuman yang tumbuh 5,9%. 

Bila ditinjau menurut pengeluaran, pertumbuhan terjadi pada semua komponen pengeluaran. Walaupun mengalami pertumbuhan namun kondisi konsumsi rumah tangga yang merupakan kontributor utama terhadap PDB, menyumbang 54,04% terus mengalami kinerja landai sepanjang 2024.Kinerja landai ini ditandai dengan tren pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang terus tumbuh di bawah 5 persen semenjak Q4-2023.

Lebih lanjut, kinerja perdagangan juga berkontribusi atas pelambatan perekonomian. Dari sisi pengeluaran semua komponen mengalami pertumbuhan hanya saja kontribusi net ekspor (selisih nilai ekspor dan impor) sedikit lebih kecil dibanding periode sebelumnya. Hal ini ditunjukan dengan laju pertumbuhan ekspor sebesar 7,63% yang lebih kecil dibanding pertumbuhan impor 10,36% (yoy). Begitupun kinerja perdagangan sepanjang 2024 di mana laju pertumbuhan ekspor sebesar 6,51% yang lebih kecil dibanding pertumbuhan impor 7,95%. Komponen net ekspor ini menjadi salah satu kontributor tidak tercapainya asumsi pemerintah pertumbuhan ekonomi 2024 adalah 5,2%.

Di pasar tenaga kerja, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Agustus 2024 mencapai 4,9%, lebih rendah dari Agustus 2023 yang sebesar 5,3%, mencerminkan perbaikan pasar tenaga kerja.Namun angka ini sedikit lebih tinggi dari Februari 2024 (4,8%) yang disebabkan oleh peningkatan pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor manufaktur, khususnya tekstil. Meski pengangguran terbuka menurun, proporsi pekerja penuh juga turun dari 68,92% pada Agustus 2023 menjadi 68,06% pada Agustus 2024, sementara tingkat setengah pengangguran meningkat dari 6,68% menjadi 8%. Kondisi ini menurunkan pendapatan rumah tangga yang dapat dibelanjakan, dapat menjelaskan tren pelemahan konsumsi rumah tangga selama 2024 ini.

Pelambatan ekonomi juga dapat dijelaskan dengan menurunnya proporsi pekerja formal pada kelas menengah yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia.Semenjak terjadinya Covid-19, terjadi pergeseran dari pekerja formal ke informal.Tercatat, pada 2019 pekerja formal mencapai 61,71% dari total tenaga kerja di kelas menengah, sedangkan proporsi pekerja informal sebesar 38,29%.Kondisi ketenagakerjaan kelas menengah memburuk sejak Covid-19 yang ditandakan oleh meningkatnya proporsi pekerja informal menjadi 40,64% pada 2024.Selain itu, terjadi shifting lapangan usaha dan dimana pekerja kelas menengah pada sektor industri menurun, sedangkan pertanian meningkat.Hal ini menandakan bahwa terjadi penurunan kualitas pekerjaan kelas menengah Indonesia dimana sektor pertanian berperan sebagai bantalan krisis.