Update Ekonomi Q2-2025 Tumbuh di Atas Ekspektasi

calendar08 August 2025
Update Ekonomi Q2-2025  Tumbuh di Atas Ekspektasi

Pertumbuhan Ekonomi (PE) Indonesia triwulan II–2025 mengalami pertumbuhan sebesar 5,12% (YoY) tumbuh signifikan dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (QtQ), PE Indonesia triwulan II–2025 mengalami pertumbuhan 4,04%. Angka ini melebihi ekspektasi banyak orang, tercermin dari prediksi banyak para ekonom yang memproyeksikan pertumbuhan kurang dari 5%. Nilai ini juga melesat dari prediksi lembaga internasional seperti World Bank dan IMF yang masing-masing memprediksi PE Indonesia hanya 4,7%.

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2025 Berdasarkan Komponen

Komponen Pengeluaran

Komponen
Pertumbuhan TW I
(%, YoY)
Pertumbuhan
TW II (%, YoY)
Share (%)
Sumber Pertumbuhan TW II -2025
Konsumsi
4,95
4,97
54,25
2,74
Investasi
2,12
6,99
30,43
2,06
Pengeluaran Pemerintah
-1,37
-0,33
6,93
-0,02
Ekspor
6,46
10,67
22,28
2,43
Impor
4,17
11,65
20,66
2,21

Komponen Utama Produksi

Komponen
Pertumbuhan TW I
(%, YoY)
Pertumbuhan TW II (%, YoY)
Share (%)
Sumber Pertumbuhan TW II -2025
Manufaktur
4,55
5,68
18,67
1,13
Pertanian
10,52
1,65
13,83
0,21
Perdagangan
5,03
5,37
13,02
0,70
Konstruksi
2,18
4,98
9,48
0,47
Pertambangan
-1,23
2,03
8,59
0,14
Transportasi
9,01
8,52
6,21
0,40

PDB

4,87

5,12

100*

5,12

Sumber: BPS (Agustus 2025, diolah oleh OCE PERBANAS)

Berdasarkan komponen pengeluaran, laju pertumbuhan ini didorong oleh pertumbuhan investasi yang tergolong cukup signifikan. Komponen investasi tumbuh tinggi sebesar 6,99% (YoY) sementara pada kuartal sebelumnya hanya tumbuh 2,12% (YoY).Sub-komponen yang berkontribusi besar pada laju pertumbuhan investasi adalah investasi mesin dan perlengkapan yang mencatat laju pertumbuhan tinggi sebesar 25,30% (YoY) dibanding kuartal sebelumnya yang hanya tumbuh 7,95%.

Jika ditinjau berdasarkan data pertumbuhan investasi, realisasi penanaman modal asing (PMA) mengalami penurunan, sementara penanaman modal dalam negeri (PMDN) mengalami peningkatan signifikan pada kuartal II 2025. Nilai PMA pada kuartal I 2025 adalah Rp 230,4 triliun dan berkontribusi sebesar 49,53% mengalami penurunan menjadi Rp 202,2 triliun dan berkontribusi sebesar 42,32%. Sementara nilai PMDN pada kuartal I 2025 adalah Rp 234,8 triliun dan berkontribusi sebesar 50,47% mengalami peningkatan menjadi Rp 275,5 triliun dan berkontribusi sebesar 57,68%. Hal ini mengindikasikan bahwa komponen investasi yang tumbuh signifikan terutama sub komponen mesin dan perlengkapan dikontribusi dari sisi PMDN. Lebih lanjut, hal ini sesuai dengan sub sektor utama yang dikontribusikan oleh PMDN yakni transportasi, gudang, dan telekomunikasi. 

Grafik 1. Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, dan Pengeluaran Rumah Tangga (%, YoY)

Sumber: CEIC dan BPS (Agustus 2025, diolah oleh OCE PERBANAS)

Grafik 2. Pertumbuhan Sub Komponen Investasi (%,YoY)

Sumber: CEIC dan BPS (Agustus 2025, diolah oleh OCE PERBANAS)

Sementara komponen konsumsi yang merupakan komponen dengan kontribusi paling besar (54,25%) terhadap pertumbuhan ekonomihanya tumbuh tipis dari 4,95% (YoY) pada kuartal I menjadi 4,97% (YoY) pada kuartal II. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia masih bergantung dengan aktivitas perekonomian domestik (konsumsi masyarakat) dan tidak begitu terpengaruh dengan dinamika internasional. Namun, pertumbuhan menjadi sangat sensitif dengan daya beli masyarakat, bila kemampuan konsumsi masyarakat turun maka perekonomian dalam periode tersebut akan mengalami pelambatan. Walaupun kondisi pada kuartal II ini tidak mencerminkan hal tersebut, di mana stagnasi daya beli justru diikuti dengan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.

Berdasarkan Grafik 1, komponen konsumsi masyarakat masih stagnan berada di bawah 5% yang menunjukkan bahwa daya beli masyarakat masih cenderung rendah. Daya beli yang rendah juga dipaparkan dalam hasil kajian yang dilakukan oleh Office of Chief Economist (OCE) PERBANAS pada bulan Juli 2025 yang menyatakan bahwa pertumbuhan rata-rata pengeluaran masyarakat kelas menengah bawah (KMB, Garis Kuning di Grafik 3) dengan kontribusi 32,27% mengalami pelambatan 3,17% (YoY). Sementara kelas menengah atas (KMA, Garis Biru di Grafik 3) dengan kontribusi 52,57% terhadap konsumsi nasional mengalami penurunan pertumbuhan konsumsi yang signifikan yakni sebesar -0,12% (YoY). Dengan kata lain, hasil ini menyatakan bahwa sekitar 85% masyarakat mengalami pelambatan konsumsi yang mengindikasikan rendahnya daya beli masyarakat.

Grafik 3. Pertumbuhan Rata-Rata Pengeluaran Rill (%,YoY)

Sumber: SUSENAS, 2018 - 2024 (diolah oleh OCE PERBANAS, Juli 2025)

Komponen pengeluaran pemerintah masih mengalami pertumbuhan negatif walaupun lebih kecil dibanding kuartal sebelumnya. Hal ini tercermin dari pos belanja negara pada APBN 2025 sepanjang semester I 2025 yang baru terealisasi sebesar 38,8% nilai ini lebih rendah dibanding periode yang sama pada 2024 yakni sebesar 42,0%. Pola pelambatan juga terjadi di pos pendapatan negara yang mengalami penurunan signifikan dari 1.320 triliun atau sebesar 47,1% pada semester I 2024 menjadi 1.201 triliun atau hanya sebesar 40%pada semester I 2025. Penerimaan negara turun signifikan setidaknya karena dua hal. Pertama, karena kurang optimalnya implementasi sistem administrasi pajak yang baru yakni Coretax. Kedua, pelambatan penerimaan ini juga diindikasikan karena penurunan aktivitas ekonomi secara nasional.

Lebih lanjut, komponen kinerja perdagangan yang mengalami pelambatan tidak sesuai dengan kondisi pertumbuhan ekonomi yang dilaporkan tumbuh signifikan. Kontribusi net ekspor (selisih nilai ekspor dan impor) menjadi lebih kecil dibanding kuartal I. Hal ini tercermin dari laju pertumbuhan ekspor 10,67% (YoY) yang lebih kecil dibanding laju pertumbuhan impor 10,36% (YoY). Kondisi tersebut berkebalikan dibanding performa perdagangan pada kuartal I di mana laju pertumbuhan ekspor 6,46% (YoY) lebih besar dibanding laju pertumbuhan impor 4,17% (YoY).

Selanjutnya, PE jika ditinjau secara sektoral ada tiga sektor utama yang berkontribusi besar (YoY) yakni Industri Pengolahan (18,67%), Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 13,83%, dan sektor Perdagangan Besar (13,22%). Industri pengolahan mengalami pertumbuhan signifikan yakni dari 4,55% (YoY) pada kuartal I menjadi 5,69% (YoY). Performa bagus pada kinerja industri pengolahan ini tidak sejalan dengan data yang disajikan oleh S&P Global yakni Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia yang sepanjang kuartal II mengalami kontraksi dengan data terakhir di kuartal II yakni bulan Juni sebesar 46,90. Hal ini mencerminkan selama periode kuartal II 2025 ini terjadi pelemahan yang konsisten dalam aktivitas manufaktur nasional.

Table 2. Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia

Negara
Triwulan IV - 2024
Triwulan I - 2025
Triwulan II - 2025
Jul-25
Oct-24
Nov-24
Dec-24
Jan-25
Feb-25
Mar-25
Apr-25
May-25
Jun-25
Indonesia
49,20
49,60
51,20
51,90
53,60
52,40
46,70
47,40
46,90
49,20
China
50,30
51,50
50,50
50,10
50,80
51,20
50,40
48,30
50,40
49,50
USA
48,50
49,70
49,40
51,20
52,70
50,20
50,20
52,00
52,90
49,80
UK
49,90
48,00
47,00
48,30
46,90
44,90
45,40
46,40
47,70
48,00

Sumber: CEIC (Agustus 2025, diolah oleh OCE PERBANAS)