Daya Beli Belum Pulih: Konsumsi Kelas Menengah Tertahan?

Laporan PRIME 2025 menyoroti fenomena menarik: kelas menengah atas—penggerak utama konsumsi nasional—menunjukkan kecenderungan menahan belanja. Di tengah upaya pemulihan ekonomi pasca-pandemi dan tekanan global, segmen ini justru memilih menabung dan menunda pembelian, termasuk untuk kebutuhan sekunder.
Padahal, secara historis, konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari 50% terhadap PDB, dan sekitar 30% populasi teratas dari sisi pengeluaran menjadi pendorong utamanya. Namun, dalam dua kuartal pertama 2025, kontribusi konsumsi kelompok ini stagnan, meskipun pendapatan mereka tercatat meningkat.
Faktor Penahan Konsumsi
PRIME 2025 mengidentifikasi meningkatnya "precautionary saving" sebagai penyebab utama. Kelas menengah atas lebih memilih memperkuat likuiditas—baik melalui tabungan, e-wallet, maupun instrumen investasi jangka pendek—untuk mengantisipasi risiko seperti:
-
Ketidakpastian ekonomi global
-
Tensi geopolitik
-
Transisi pemerintahan pasca pemilu
Alih-alih meningkatkan konsumsi, mereka memperkuat posisi keuangan pribadi.
Dampak terhadap Sektor Usaha
Perubahan ini berdampak langsung pada sektor perdagangan, ritel, dan jasa non-esensial. Penjualan ritel melambat, terutama pada barang tahan lama, elektronik, dan hiburan. Fenomena ini menegaskan bahwa konsumsi kini lebih dipengaruhi oleh ekspektasi dan kepercayaan terhadap masa depan, bukan semata oleh kenaikan pendapatan.
Perubahan Preferensi Konsumen
Konsumen kelas menengah tidak hanya mencari produk murah, tetapi produk bernilai tinggi: berkualitas, berkelanjutan, dan bermakna sosial. Brand dengan transparansi, nilai jangka panjang, dan misi sosial mulai menjadi pilihan utama.
Implikasi bagi Pelaku Usaha
Pelaku usaha perlu menyesuaikan strategi:
-
Komunikasi harus empatik, menekankan keamanan, nilai, dan manfaat jangka panjang
-
Diskon masif tidak lagi cukup; cerita merek, pengalaman, dan nilai emosional lebih efektif menarik perhatian konsumen yang semakin selektif
Kebijakan Harus Membangun Kepercayaan
Pemulihan daya beli tidak bisa hanya mengandalkan stimulus fiskal. Pemerintah perlu menyampaikan narasi yang kuat dan meyakinkan tentang:
-
Arah pertumbuhan ekonomi
-
Stabilitas politik
-
Keberlanjutan lapangan kerja
Kepercayaan adalah prasyarat pemulihan konsumsi.
Kesimpulan: Psikologi Konsumen Jadi Kunci
PRIME 2025 menegaskan bahwa tantangan ekonomi tidak hanya ada di sisi produksi, tetapi juga dalam psikologi konsumsi. Di tengah dunia yang semakin kompleks, memahami pola pikir dan preferensi konsumen menjadi sama pentingnya dengan menjaga stabilitas makroekonomi. Itulah kunci untuk menghidupkan kembali mesin konsumsi nasional—fondasi utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.