Digitalisasi Finansial & Shadow Economy: Tantangan Baru Membaca Arah Ekonomi

16 September 2025

Digitalisasi finansial di Indonesia berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. E-wallet, pinjaman online, aplikasi investasi, dan transaksi e-commerce kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Namun, di balik kemajuan ini, PRIME 2025 menyoroti sisi gelap yang perlu diwaspadai: semakin meluasnya aktivitas ekonomi di luar sistem keuangan formal, atau shadow economy.

Shadow Economy di Era Digital

Fenomena shadow economy bukan hal baru, namun dalam era digital, bentuk dan skalanya berubah drastis. Contohnya:

  • Transaksi lewat e-wallet tanpa tercatat di sistem perbankan

  • Konsumsi via platform asing

  • Perjudian online yang disamarkan sebagai hiburan atau game

Akibatnya, pengeluaran rumah tangga tidak seluruhnya tercermin dalam data resmi, sehingga indikator ekonomi menjadi sulit diinterpretasikan secara akurat.

Tantangan bagi Pembuat Kebijakan

Ketika indikator konsumsi rumah tangga menurun, bisa jadi bukan karena daya beli melemah, tetapi karena pola belanja berpindah ke saluran yang tidak terpantau. Hal ini mengganggu validitas data yang menjadi dasar bagi kebijakan fiskal, moneter, dan strategi bisnis.

Selain itu, pola pengeluaran juga berubah. Masyarakat semakin terbiasa melakukan:

  • Mikro-transaksi bernilai kecil namun frekuen (langganan digital, top-up game, layanan instan)

  • Transaksi tersebar di berbagai platform, sulit dipetakan tanpa integrasi data lintas sektor

Ketimpangan Data & Risiko Kebijakan

Pertumbuhan pesat e-wallet juga menjadi sorotan. Karena tidak semua penyedia e-wallet melapor ke sistem keuangan nasional, maka data konsumsi yang tercatat bisa jauh berbeda dari realitas. Ditambah dengan maraknya:

  • Pinjaman online ilegal

  • Platform judi online

...yang menyerap belanja masyarakat namun tidak masuk dalam statistik resmi.

Akibatnya, kebijakan berbasis data sektor formal bisa gagal menjangkau kelompok masyarakat yang aktif di ekonomi bayangan. Ini berisiko memperlebar ketimpangan dan melemahkan efektivitas kebijakan.

Solusi: Bangun Ekosistem Data Terpadu

PRIME 2025 merekomendasikan:

  • Penguatan integrasi data antar sektor, melibatkan otoritas moneter, fiskal, fintech, dan lembaga statistik

  • Pembangunan sistem pelaporan baru yang mampu menangkap realitas ekonomi digital secara menyeluruh

Selain itu, edukasi publik tentang risiko shadow economy juga penting:

  • Keamanan data

  • Ancaman penipuan

  • Dampak terhadap literasi dan kesehatan keuangan

Perbankan nasional berperan strategis sebagai penjaga stabilitas sistem sekaligus penyedia solusi digital yang aman, inklusif, dan terintegrasi.

Kesimpulan: Manfaat Besar, Risiko Nyata

Digitalisasi finansial menghadirkan peluang besar bagi efisiensi dan inklusi keuangan. Namun tanpa sistem pemantauan yang andal dan regulasi yang adaptif, shadow economy dapat menjadi tantangan serius dalam membaca arah ekonomi nasional.

PRIME 2025 mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk tidak hanya merayakan transformasi digital, tetapi membangun fondasi data dan tata kelola yang kuat, agar pertumbuhan yang tercipta benar-benar berkualitas, sehat, dan berkelanjutan.