Sektor Pertanian Membutuhkan Investasi yang Lebih Besar
Bayu Krisnamurthi, seorang pakar pertanian dan pangan dan Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB University), menekankan kondisi yang memprihatinkan para petani Indonesia. Dia berpendapat bahwa investasi seharusnya lebih deras lagi mengalir ke sektor pertanian.
Menurut Bayu, mayoritas petani Indonesia hanya belajar sampai tingkat sekolah dasar (SD), bahkan tidak lulus SD, dan sebanyak 60% dari mereka berusia di atas 45 tahun. Mereka juga memiliki rata-rata pendapatan hanya senilai Rp 1 juta per bulan.
“Bagaimana kondisi petani di Indonesia? 60% berusia di atas 45 tahun, sudah tua tua semua. Pendidikan 75% SD (sekolah dasar) atau tidak lulus SD. Pendapatannya cuma Rp 1 juta per bulan,” ungkap Bayu, dalam Media Gathering Perbanas, di Padalarang, Bandung, Kamis (23/11/2023). Sebagian besar keluarga petani mengandalkan sumber keuangan dari bidang non-pertanian, menurut Bayu. Ini menunjukkan bahwa tidak ada insentif nyata untuk sektor pertanian dan petani. Butuh Investasi dari Perbankan
Menurut Bayu, pertanian merupakan sektor yang prospektif dijadikan tujuan berinvestasi, pasalnya,pertanian memiliki banyak komponen, seperti produk farmasi, kosmetika, kebutuhan pokok sehari-hari, produk kesehatan atau suplemen, energi, taman, dan daya tarik pariwisata.
“Jadi kalau kita mau lihat ke depan karena saya bicara di kalangan perbankan, kita butuh investasi lebih besar untuk pertanian. Sebenarnya, kalau kita lihat, pertanian sebagai prospek investasi. Kalau kita lihat perspektifnya beda, kita redefinisi pangan dan pertanian, maka produk pertanian yang sekarang itu sudah tidak dilihat hanya pangan jadi komoditi,” ungkapnya.
“Misalnya, beras kalau saya bikin survei beras apa yang bapak dan ibu makan, masing-masing, saya jamin pasti beda semuanya. Beras merah, beras shirataki, pandan wangi, semua akan beda. Jadi kalau kita hanya memandang beras sebagai komoditi ini salah. Pasti misleading. Lebih-lebih, sekarang beras sudah dari produk pakai brand,” kata dia.
Maka dari itu, Indonesia harus memandang pangan dengan cara yang berbeda. Kedua, teknologinya sediakan. “Jadi mari kita lihat pangan itu jangan seperti jaman dulu. sesuatu yang akan sangat prospektif. Akhirnya, pertanian butuh investasi. No farmers, no food, no future,” tegas Bayu.
Menurut data Analisis Perkembangan Uang Beredar (M2) Bank Indonesia (BI), kredit investasi perbankan untuk sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mencapai Rp 259,0 triliun hingga September 2023, tumbuh sebesar 6,7% secara tahunan (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 242,7 triliun.. Namun, pertumbuhan kredit sektor ini melambat pada bulan Agustus sebesar 15,0%.