Neraca Perdagangan Indonesia Agustus 2025

calendar30 October 2025
Neraca Perdagangan Indonesia Agustus 2025

Neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar USD 5,49 miliar pada Agustus 2025, nilai ini lebih tinggi dibanding surplus bulan sebelumnya (Mtm) yang sebesar USD 4,17 miliar, dan lebih tinggi dibanding dengan surplus Agustus 2024 (Yoy) yang sebesar USD 2,75 miliar. Dengan capaian ini, Indonesia telah mencatatkan surplus perdagangan selama 63 bulan berturut-turut.

Nilai ekspor Indonesia pada Agustus 2025 mencapai USD 24,9 miliar, naik 5,78% (Yoy) dibandingkan bulan yang sama di tahun sebelumnya senilai USD 23,59 miliar, dan mengalami peningkatan sebesar 0,87% (Mtm) dibandingkan Juli 2025 yang sebesar USD 24,74 miliar.

Peningkatan ekspor ditopang oleh ekspor nonmigas yang mencatatkan kenaikan sebesar 6,68% (Yoy) dengan nilai USD 23,89 miliar. Komoditas utama ekspor nonmigas mencakup lemak dan minyak hewani/nabati yang tumbuh 51,07% (Yoy) dengan kontribusi dominan sebesar 13,08% terhadap total ekspor nonmigas. Komoditas lainnya yang tumbuh signifikan adalah Nikel yang tumbuh sebesar 35,34% (Yoy) dan berkontribusi 3,25% terhadap total ekspor nonmigas.

Negara tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia pada Agustus 2025 adalah Tiongkok (USD 5,98 miliar), Amerika Serikat (USD 2,71 miliar), dan India (USD 1,71 miliar).

Nilai ekspor Indonesia pada Agustus 2025 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, didorong oleh ekspor nonmigas yang berkontribusi 95,12% terhadap total ekspor. Namun, ekspor nonmigas ke beberapa mitra utama menurun, seperti Jepang (-14,86% Yoy), Korea Selatan (-15,65% Yoy), dan Australia (-15,96% Yoy), mencerminkan penurunan permintaan akibat pelemahan ekonomi global atau faktor musiman.

Nilai impor Indonesia pada Agustus 2025 mencapai USD 19,47 miliar, turun -6,56% dibanding dengan bulan yang sama di tahun 2024 senilai USD 20,84 miliar. Secara Mtm, impor juga turun -5,35% dibandingkan Juli 2025 sebesar USD 20,57 miliar.

Kinerja impor mencerminkan melemahnya aktivitas manufaktur domestik, ditandai penurunan impor nonmigas sebesar -7,98% (Yoy). Komoditas utama seperti mesin dan peralatan mekanis turun 7,30% (Yoy) dengan kontribusi 17,23% terhadap total impor nonmigas, sementara impor migas naik 3,17% (yoy) dan berkontribusi 13,53% terhadap total impor nasional.

Komoditas impor utama lainnya yang menurun meliputi kendaraan dan bagiannya (-7,41% Yoy; kontribusi 5,46%), plastik (-15,33% Yoy; 5,08%), serta besi dan baja (-23,12% Yoy; 4,52%). Sebaliknya, mesin dan perlengkapan elektrik tumbuh 14,40% dengan kontribusi 14,79% terhadap total impor.

Penurunan impor terutama dipicu oleh turunnya impor bahan baku/penolong sebesar -9,06% (Yoy) dengan kontribusi 70,89%, serta barang konsumsi yang turun -5,24% (Yoy) dengan kontribusi 9,03%. Sementara itu, impor barang modal tumbuh 2,45% (Yoy) dengan kontribusi 20,08%. Hal ini mengindikasikan belum optimalnya performa pada sektor produksi, terutama di sektor yang bergantung pada impor bahan baku.

Surplus neraca perdagangan sejak triwulan II 2025 menunjukkan paradoks dengan nilai tukar Rupiah. Meski sempat terapresiasi, Rupiah kembali melemah, bahkan saat surplus besar Agustus 2025 mencapai USD 5,48 miliar, nilai tukar justru melemah ke Rp16.346 per USD.