Neraca Perdagangan Indonesia Juli 2025

Neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar USD 4,17 miliar pada Juli 2025, nilai ini lebih tinggi dibanding surplus bulan sebelumnya (MtM) yang sebesar USD 4,10 miliar, dan lebih tinggi dibanding dengan surplus Juli 2024 (YoY) yang sebesar USD 0,67 miliar. Dengan capaian ini, Indonesia telah mencatatkan surplus perdagangan selama 62 bulan berturut-turut, mengindikasikan bahwa efek Kebijakan Tarif Trump belum terlalu nampak bagi neraca perdagangan nasional. Peningkatan surplus ini utamanya didorong oleh pertumbuhan ekspor yang mencapai 9,86% (YoY), sementara impor hanya mengalami penurunan 5,86% (YoY).
Nilai ekspor Indonesia pada Juli 2025 mencapai USD 24,75 miliar, naik 9,86% (YoY) dibandingkan bulan yang sama di tahun sebelumnya senilai USD 22,58 miliar, dan mengalami peningkatan sebesar 5,60% (MtM) dibandingkan Juni 2025 yang sebesar USD 23,43 miliar. Peningkatan ekspor tahunan ini terutama ditopang oleh ekspor nonmigas yang mencatatkan kenaikan sebesar 12,83% (YoY) dengan nilai USD 23,81 miliar. Komoditas utama ekspor nonmigas mencakup lemak dan minyak hewani/nabati yang tumbuh 82,72% (YoY) dengan kontribusi dominan sebesar 12,75% terhadap total ekspor nonmigas. Komoditas lainnya yang tumbuh signifikan adalah mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya tumbuh sebesar 69,02% (YoY) dan berkontribusi 3,06% terhadap total ekspor nonmigas.
Negara tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia pada Juli 2025 adalah Tiongkok (USD 5,15 miliar), Amerika Serikat (USD 3,10 miliar), dan India (USD 1,89 miliar). Nilai ekspor Indonesia pada Juli 2025 mengalami peningkatan dibandingkan Juni 2025 yang dipengaruhi oleh peningkatan ekspor nonmigas dengan kontribusi sebesar 96,21% dari total ekspor, namun beberapa negara mitra utama juga mengalami penurunan ekspor nonmigas seperti Australia turun -32,70% (YoY) dan Jepang -19,52% (YoY). Penurunan ini menunjukkan adanya penurunan permintaan dari negara tersebut yang dapat disebabkan oleh kondisi ekonomi global yang melemah atau faktor musiman.
Nilai impor Indonesia pada Juli 2025 mencapai USD 20,57 miliar, turun -5,86% dibanding dengan bulan yang sama di tahun 2024 senilai USD 21,85 miliar, dan meningkat 6,43% dibanding bulan Juni 2025 sebesar USD 19,33 miliar. Penurunan impor ini utamanya disebabkan oleh penurunan impor migas -29,36% (YoY) dengan kontribusi 13,46% terhadap total kumulatif impor. Sedangkan, impor nonmigas mengalami sedikit penurunan -1,29% (YoY) dengan kontribusi 86,54% terhadap total kumulatif impor.
Kinerja impor ini mencerminkan pelemahan aktivitas industri manufaktur dalam negeri yang ditandai dengan menurunnya permintaan migas sepanjang bulan Juli sebesar -29,36% (YoY). Komoditas utama impor nonmigas mencakup mesin/peralatan mekanis dan bagiannya yang tumbuh 3,91% (YoY) dengan kontribusi 17,30% terhadap total kumulatif impor nonmigas.
Komoditas lainnya yang tumbuh signifikan adalah berbagai produk kimia yakni tumbuh 30,40% (YoY) dengan kontribusi sebesar 2,29%. Selanjutnya, penurunan impor berdasarkan golongan penggunaan barang utamanya didorong oleh impor bahan baku/penolong yang mengalami penurunan -11,94% (YoY) dengan kontribusi sebesar 71%. Sebaliknya barang modal tumbuh signifikan 18,84% (YoY) dengan kontribusi 20,06% terhadap total kumulatif impor.
Barang konsumsi juga mengalami sedikit pertumbuhan 1,18% (YoY), sementara bahan baku yang mendominasi kontribusi sebesar 71,38% terhadap total kumulatif impor mengalami penurunan -2,74% (YoY) (Grafik 5), hal ini mengindikasikan belum optimalnya performa pada sektor produksi, terutama di sektor yang bergantung pada impor bahan baku.
Fenomena surplus neraca perdagangan dibarengi dengan apresiasi nilai tukar Rupiah mulai terkonfirmasi sejak April 2025. Surplus neraca perdagangan Juli 2025 sebesar USD 4,17 miliar diikuti dengan nilai tukar rupiah yang menguat terhadap USD menjadi Rp 16.387.